Peternak Sapi Perah Siap –Siap Konsumsi Nasi Thiwul, Harga Susu Bulan Depan Turun
Trenggalek, Memo
Penurunan harga susu dari PT Nestle rencananya baru akan diterapkan per 1 Mei nanti untuk wilayah Kecamatan Bendungan. Meski baru rencana, namun sudah membuat para peternak resah. Mereka berharap ada upaya antisipasi dari pemerintah.
Desa Sumurup di Kecamatan Bedungan salah satu sentra peternakan sapi perah. Warga sebagian besar menggantungkan hidup dari produksi susu. Setiap hari mereka memerah dan menjual susu mereka melalui pengepul. Para peternak ini tergabung dalam kelompok peternak, yang kemudian menjual susu kepada distributor susu, dua diantaraya PT. Frisian Flag dan PT. Nestle.
Sugianto (32) alias Franki , salah satunya. Lelaki berambut gondrong yang beralamat di RT 01/RW 01 ini mempunyai empat ekor sapi. Setiap hari tidak ada peerjaan lain, selain merawat sapi peliharaannya. Siang mencari pakan, lalu sore memerah susu.
Untuk memelihara empat ekor sapi tersebut, ayah satu anak ini mengaku mengeluarkan biaya sampai Rp 3 juta. Dia lantas membuat hitung-hitungan dari biaya produksi yang dikeluarkannya. Dia mencontohkan untuk biaya perawatan dua ekor sapi. Pengeluarannya antara lain pakan atau sentrat, satu bulan memerlukan enak sak atau tiga kuintal seharga Rp 620 ribu.
Pakan untuk rumput, selain mencari sendiri juga harus membeli seharga Rp 15 ribu seikatnya. Untuk dua ikat per hari, dalam satu bulan antara Rp 500-750 ribu. “Kadang kalau pakan banyak ya belinya sedikit,” ucap Sugianto.
Masih ditambah lagi bekatul seharga Rp. 600 per kilo dan dibutuhkan satu kuintal atau sekitar Rp 60 ribu. Gamblong atau ampas ketela juga dierlukan, yang salam satu bulan bisa sampai Rp 120 ribu. Tambahan lainnya mineral atau penguat sumsum seharga Rp 12.500 per kilo, dalam satu bulan butuh 10 kg atau Rp 125 ribu, serta obat cacing tiap dua bulan sekali Rp 20 ribu.
Sementara untuk hasil produksi dari dua ekor sapi tersebut, jika maksimal bisa mencapai 36 iter per hari, dikalikan harga susu per liter Rp 3 ribu, sehingga pendapatan mencapai Rp 3,2 juta, untuk empat sapi berarti R 6,4 juta. Separo diantaranya dikurangi untuk biaya produksi tadi.
“Tapi ini untuk sapi dalam kondisi maksimal. Kalau tidak bagus sehari bisa hanya sepuluh liter, atau kalau sedang ya kisaran 13 liter,” tegas Sugianto. Dengan kata lain, jika sapi sedang tidak dalam keadaan bagus, maka pendapatan peternak juga berkurang. Jika dibuat rata-rata sehari 13 liter per ekor maka dalam satu bulan untuk dua sapi mendapatkan penghasilan 2,3 juta lalu dikurangi biaya produksi Rp 1,5 juta per bulan.
“Ini juga bagi peternak yang sudah mapan, artinya mereka sudah punya ternak sendiri. Padahal banyak warga yang baru saja ngambil kredit lewat Bank Syari’ah (difasilitasi pemkab Trenggalek), mereka harus membayar angsuran tiap bulan,” kata Sugianto. “ Siap-siap ngirit mas, balek makan Thiwul (makanan dari ketela –red) kalau ndak ada bantuan “ Imbuhnya.
Sukardi (28) salah satu warga yang mengambil kredit mengakui kecamasan akan turunnya harga susu. Pasalnya untuk satu ekor sapi, dalam satu bulan dia menerima hasil penjualan susu sekitar Rp 1 juta. Uang itu hampir tak tersisa, untuk pembelian pakan dan membayar angsuran. “Saya ambil kredit 15 juta, ya masih beberapa bulan ini. Kok sudah ada kabar rencana penurunan harga susu,” sesal Sukardi.
Arif Wibisono(37) salah satu peternak lain sudah mendapatkan kejelasan penurunan harga susu. Pasalnya jika Sugianto dan Sukardi menjual pada PT. Frisian Flag yang belum memberi kabar penurunan harga susu, Arif sudah mendengar kabar dari PT. Nestle. “Katanya per awal bulan nanti. Kalau memang benar wah ya sudah ndak tahu lagi kesulitan para peternak,” ujar Arif
Mereka berharap ada upaya dari pemkab Trenggalek agar memberi kemudahan bagi peternak. Misalnya saja dengan penyediaan pakan yang diproduksi di Trenggalek. “Sementara ini peternak membeli ke Tulungagung lewat kelompok. Harga disana Rp 100 ribu per sak, sampai sini Rp 103 ribu, kalau lewat orang ketiga malah bisa sampai Rp 110 ribu,” ujar Sugianto.(Haz)
Read more..
Trenggalek, Memo
Penurunan harga susu dari PT Nestle rencananya baru akan diterapkan per 1 Mei nanti untuk wilayah Kecamatan Bendungan. Meski baru rencana, namun sudah membuat para peternak resah. Mereka berharap ada upaya antisipasi dari pemerintah.
Desa Sumurup di Kecamatan Bedungan salah satu sentra peternakan sapi perah. Warga sebagian besar menggantungkan hidup dari produksi susu. Setiap hari mereka memerah dan menjual susu mereka melalui pengepul. Para peternak ini tergabung dalam kelompok peternak, yang kemudian menjual susu kepada distributor susu, dua diantaraya PT. Frisian Flag dan PT. Nestle.
Sugianto (32) alias Franki , salah satunya. Lelaki berambut gondrong yang beralamat di RT 01/RW 01 ini mempunyai empat ekor sapi. Setiap hari tidak ada peerjaan lain, selain merawat sapi peliharaannya. Siang mencari pakan, lalu sore memerah susu.
Untuk memelihara empat ekor sapi tersebut, ayah satu anak ini mengaku mengeluarkan biaya sampai Rp 3 juta. Dia lantas membuat hitung-hitungan dari biaya produksi yang dikeluarkannya. Dia mencontohkan untuk biaya perawatan dua ekor sapi. Pengeluarannya antara lain pakan atau sentrat, satu bulan memerlukan enak sak atau tiga kuintal seharga Rp 620 ribu.
Pakan untuk rumput, selain mencari sendiri juga harus membeli seharga Rp 15 ribu seikatnya. Untuk dua ikat per hari, dalam satu bulan antara Rp 500-750 ribu. “Kadang kalau pakan banyak ya belinya sedikit,” ucap Sugianto.
Masih ditambah lagi bekatul seharga Rp. 600 per kilo dan dibutuhkan satu kuintal atau sekitar Rp 60 ribu. Gamblong atau ampas ketela juga dierlukan, yang salam satu bulan bisa sampai Rp 120 ribu. Tambahan lainnya mineral atau penguat sumsum seharga Rp 12.500 per kilo, dalam satu bulan butuh 10 kg atau Rp 125 ribu, serta obat cacing tiap dua bulan sekali Rp 20 ribu.
Sementara untuk hasil produksi dari dua ekor sapi tersebut, jika maksimal bisa mencapai 36 iter per hari, dikalikan harga susu per liter Rp 3 ribu, sehingga pendapatan mencapai Rp 3,2 juta, untuk empat sapi berarti R 6,4 juta. Separo diantaranya dikurangi untuk biaya produksi tadi.
“Tapi ini untuk sapi dalam kondisi maksimal. Kalau tidak bagus sehari bisa hanya sepuluh liter, atau kalau sedang ya kisaran 13 liter,” tegas Sugianto. Dengan kata lain, jika sapi sedang tidak dalam keadaan bagus, maka pendapatan peternak juga berkurang. Jika dibuat rata-rata sehari 13 liter per ekor maka dalam satu bulan untuk dua sapi mendapatkan penghasilan 2,3 juta lalu dikurangi biaya produksi Rp 1,5 juta per bulan.
“Ini juga bagi peternak yang sudah mapan, artinya mereka sudah punya ternak sendiri. Padahal banyak warga yang baru saja ngambil kredit lewat Bank Syari’ah (difasilitasi pemkab Trenggalek), mereka harus membayar angsuran tiap bulan,” kata Sugianto. “ Siap-siap ngirit mas, balek makan Thiwul (makanan dari ketela –red) kalau ndak ada bantuan “ Imbuhnya.
Sukardi (28) salah satu warga yang mengambil kredit mengakui kecamasan akan turunnya harga susu. Pasalnya untuk satu ekor sapi, dalam satu bulan dia menerima hasil penjualan susu sekitar Rp 1 juta. Uang itu hampir tak tersisa, untuk pembelian pakan dan membayar angsuran. “Saya ambil kredit 15 juta, ya masih beberapa bulan ini. Kok sudah ada kabar rencana penurunan harga susu,” sesal Sukardi.
Arif Wibisono(37) salah satu peternak lain sudah mendapatkan kejelasan penurunan harga susu. Pasalnya jika Sugianto dan Sukardi menjual pada PT. Frisian Flag yang belum memberi kabar penurunan harga susu, Arif sudah mendengar kabar dari PT. Nestle. “Katanya per awal bulan nanti. Kalau memang benar wah ya sudah ndak tahu lagi kesulitan para peternak,” ujar Arif
Mereka berharap ada upaya dari pemkab Trenggalek agar memberi kemudahan bagi peternak. Misalnya saja dengan penyediaan pakan yang diproduksi di Trenggalek. “Sementara ini peternak membeli ke Tulungagung lewat kelompok. Harga disana Rp 100 ribu per sak, sampai sini Rp 103 ribu, kalau lewat orang ketiga malah bisa sampai Rp 110 ribu,” ujar Sugianto.(Haz)
0