Foto : gus Baha' (Kaos Hitam) bersama Tim Komunitas SATU sesaat usai kegiatan (Dok. PrigiBeach.com)
Rayakan “Kupatan” Dengan Kreativitas Entertain
Trenggalek, PrigiBeach
Baha’ul Mun’im (32) lebih dikenal dengan Gus Baha’ adalah putra dari Kiyai Dhanan pendiri Ponpes Kelutan “Kidul Kali”. Sejak remaja, pemuda atletis dan manis ini sangat akrab dengan komunitas generasi muda di Trenggalek tanpa melihat dari status maupun golongan. Hampir seluruh generasi tua dan muda di kawasan Kota Kripik Tempe mengenalnya sebagai figur religius yang merakyat dan dekat dengan kawula alit, kreatif dan berdedikasi tinggi. Setelah Abahnya wafat, maka dialah yang kini mempelopori Ponpes Kelutan “Kidul Kali”.
Dalam rangka merayakan Lebaran Kupatan 7 Syawal 1430 H (Minggu, 26/09) kali ini, Gus Baha’ membuat gebrakan yang kreatif, positif dan dinamis, bekerja sama dengan komunitas warga di Kelurahan Kelutan Kecamatan Trenggalek. “Bukan saya kreator dan penyelenggaranya, tapi ini adalah persembahan dari komunitas warga Kelutan”, kata Gus Baha’ dengan tawaddhu dan tegas. Warga sepakat menggelar kegiatan dibawah bendera “Komunitas SATU (S-portif, A-ktif, T-oleran dan Y-unnete)”. Anggota tetap komunitas SATU adalah warga Kelutan, namun tidak menutup kemungkinan akan kehadiran anggota tetap dari luar, kata Gus Baha’ menjelaskan.
“Pagelaran aneka kesenian seperti Band, Dandut, Hadrah, Elektone dan juga Reyog Ponorogo, pada acara menyambut Lebaran “Kupatan” kali ini, Insyaallah akan kami selenggarakan rutin setiap tahun”, ujarnya. Tujuannya, pertama untuk mengurangi kemacetan tatkala lebaran Kupatan, selama ini antusiasisme masyarakat terpusat ke Durenan. Kedua, mempersatukan komunitas yang beraneka, antara lain seni spiritual/religius, olahraga, dan kehidupan berkesenian yang lain. Ketiga, melestarikan kerukunan warga dalam kehidupan sosial dengan keberagaman visi dan religi, melebur dan menyatu di panggung entertain. Menciptakan kerukunan warga dari seluruh unsur dan elemen, mulai dari tingkat bawah hingga menengah ke atas. “Kami selenggarakan kegiatan ini bukan untuk mengalihkan “Durenan” ke Kelutan, tapi sebaliknya justru mendukung sepenuh tradisi Kupatan serta membantu mencegah terjadinya hal-hal yang tidak terduga, seperti kemacetan atau kecelakaan lalulintas yang disebabkan totalitas arus warga Trenggalek yang terpusat pada Durenan”, ujar Gus Baha’ menolak anggapan negatif atas kreativitas Komunitas SATU tersebut.
Dana kegiatan murni bersumber dari anggota, donatur lokal, dana kas masyarakat Kelutan dan Karang Taruna. Tidak sepeser pun dana yang berasal dari luar. Masyarakat Kelutan sangat bangga dengan kegiatan ini, sehingga mereka tidak segan-segan untuk berpartisipasi aktif demi mensukseskannya.
Sementara itu pengunjung sangat membludag, membanjiri setiap panggung yang ada, mereka datang dari jauh seperti dari Karangan, Tugu, Suruh, Bendungan, dan Pule “Kami sekeluarga datang jauh-jauh dari Desa Gamping, (Kecamatan Suruh/Red) untuk menyaksikan konser Hadrah dan lainnya,” kata Sakdiyah (33) salah seorang pengunjung yang datang dengan rombongannya, sambil menambahkan bila dirinya dan warga lain yang hadir merasa terhibur dan sangat berterima kasih pada Pondok “Kidul Kali” yang sudah menyediakan hiburan gratis dan bisa menikmati hidangan Ketupat Lebaran yang disediakan panitia tanpa harus jauh-jauh ke Durenan. Sementara Diah Reni (18) dari Pule. menyampaikan komentar senada, dan kebanyakan para pengunjung sangat berharap kegiatan tersebut bukan hanya sekali ini saja ada, namun bisa rutin setiap tahun pada lebaran Ketupat. Kegiatan ini dimulai sejak pukul 07.00 pagi dan berakhir tepat pukul 13.00 (WIB) sesuai dengan perizinan yang diajukan pada yang berwajib.(Haz)
Baha’ul Mun’im (32) lebih dikenal dengan Gus Baha’ adalah putra dari Kiyai Dhanan pendiri Ponpes Kelutan “Kidul Kali”. Sejak remaja, pemuda atletis dan manis ini sangat akrab dengan komunitas generasi muda di Trenggalek tanpa melihat dari status maupun golongan. Hampir seluruh generasi tua dan muda di kawasan Kota Kripik Tempe mengenalnya sebagai figur religius yang merakyat dan dekat dengan kawula alit, kreatif dan berdedikasi tinggi. Setelah Abahnya wafat, maka dialah yang kini mempelopori Ponpes Kelutan “Kidul Kali”.
Dalam rangka merayakan Lebaran Kupatan 7 Syawal 1430 H (Minggu, 26/09) kali ini, Gus Baha’ membuat gebrakan yang kreatif, positif dan dinamis, bekerja sama dengan komunitas warga di Kelurahan Kelutan Kecamatan Trenggalek. “Bukan saya kreator dan penyelenggaranya, tapi ini adalah persembahan dari komunitas warga Kelutan”, kata Gus Baha’ dengan tawaddhu dan tegas. Warga sepakat menggelar kegiatan dibawah bendera “Komunitas SATU (S-portif, A-ktif, T-oleran dan Y-unnete)”. Anggota tetap komunitas SATU adalah warga Kelutan, namun tidak menutup kemungkinan akan kehadiran anggota tetap dari luar, kata Gus Baha’ menjelaskan.
“Pagelaran aneka kesenian seperti Band, Dandut, Hadrah, Elektone dan juga Reyog Ponorogo, pada acara menyambut Lebaran “Kupatan” kali ini, Insyaallah akan kami selenggarakan rutin setiap tahun”, ujarnya. Tujuannya, pertama untuk mengurangi kemacetan tatkala lebaran Kupatan, selama ini antusiasisme masyarakat terpusat ke Durenan. Kedua, mempersatukan komunitas yang beraneka, antara lain seni spiritual/religius, olahraga, dan kehidupan berkesenian yang lain. Ketiga, melestarikan kerukunan warga dalam kehidupan sosial dengan keberagaman visi dan religi, melebur dan menyatu di panggung entertain. Menciptakan kerukunan warga dari seluruh unsur dan elemen, mulai dari tingkat bawah hingga menengah ke atas. “Kami selenggarakan kegiatan ini bukan untuk mengalihkan “Durenan” ke Kelutan, tapi sebaliknya justru mendukung sepenuh tradisi Kupatan serta membantu mencegah terjadinya hal-hal yang tidak terduga, seperti kemacetan atau kecelakaan lalulintas yang disebabkan totalitas arus warga Trenggalek yang terpusat pada Durenan”, ujar Gus Baha’ menolak anggapan negatif atas kreativitas Komunitas SATU tersebut.
Dana kegiatan murni bersumber dari anggota, donatur lokal, dana kas masyarakat Kelutan dan Karang Taruna. Tidak sepeser pun dana yang berasal dari luar. Masyarakat Kelutan sangat bangga dengan kegiatan ini, sehingga mereka tidak segan-segan untuk berpartisipasi aktif demi mensukseskannya.
Sementara itu pengunjung sangat membludag, membanjiri setiap panggung yang ada, mereka datang dari jauh seperti dari Karangan, Tugu, Suruh, Bendungan, dan Pule “Kami sekeluarga datang jauh-jauh dari Desa Gamping, (Kecamatan Suruh/Red) untuk menyaksikan konser Hadrah dan lainnya,” kata Sakdiyah (33) salah seorang pengunjung yang datang dengan rombongannya, sambil menambahkan bila dirinya dan warga lain yang hadir merasa terhibur dan sangat berterima kasih pada Pondok “Kidul Kali” yang sudah menyediakan hiburan gratis dan bisa menikmati hidangan Ketupat Lebaran yang disediakan panitia tanpa harus jauh-jauh ke Durenan. Sementara Diah Reni (18) dari Pule. menyampaikan komentar senada, dan kebanyakan para pengunjung sangat berharap kegiatan tersebut bukan hanya sekali ini saja ada, namun bisa rutin setiap tahun pada lebaran Ketupat. Kegiatan ini dimulai sejak pukul 07.00 pagi dan berakhir tepat pukul 13.00 (WIB) sesuai dengan perizinan yang diajukan pada yang berwajib.(Haz)
3 Komentar:
the kalijogo way
sae.. sae..
Okay...sunan Kalijaga memang kharismatik dan merakyat. Semoga kita punya Gus Baha' bisa mengikuti langkah Kajeng Sunan itu. Amin.
Sehat gus baha'...
Kenangan waktu mondok di kwagean nama beliau diganti habib mun'im...
Gua bahak orangnya loyal. Bisa bergaul dengan siapa saja. Yang membuat saya kagum kwtawadhuan serta kesederhanaannya...
Setiap menjelang sholat ashar gua bahak hadir kemasjid lebih awal... Untuk piket :nyapu dan menata Dampar / meja ngaji para santri...
Gua bahak alim... Saya seneng kalau beliau baca kitab baik pas syawir atau ketika ngori' kitab.. Suaranya gandem, gamblang empuk...
Posting Komentar
Bila Anda suka dengan entry blog ini, sudilah menuliskan komentar di sini.
Terimakasih.