(1) Akbar Abbas dan Kholiq saat menerima palu ketua dari Dawam Ismail
(2) Ketua Pengadilan, Bupati, Ketua dan Waket Sementara DPRD Trenggalek
(3) Teatrikal “selamatkan rakyat” demonstrasi pimpinan Drs. Puryono.
Trenggalek, Memo
Bertempat di Pendopo Agung Trenggalek, Rabu (26/08) telah dilantik 45 Anggota Legeslatif periode 2009-2014. Pada saat gladi resik sebelum acara dimulai, aleg baru yang akan dilantik terkesan grogy bak artis yang demam panggung. Walaupun demikian, acara yang diawali dengan Lagu “Indonesia Raya” ini begitu memasuki detik-detik pelantikan dan pengambilan sumpah janji yang dipimpin Ketua Pengadilan Negeri Trenggalek, Lasito, SH hingga akhir bisa berlangsung dengan lancar.
Hadir dalam acara tersebut Bupati KRT H. Soeharto, Wabup Mahsun Ismail, S.Ag. MM., seluruh jajaran Muspida Trenggalek dan semua Kepala SKPD serta pejabat teras di lingkungan Pemkab Trenggalek. Sementara anggota legeslatif periode 2004-2009 yang tidak terpilih untuk periode 2009-2014, banyak yang tidak hadir. Kendati begitu, aleg lama -yang tidak terpilih kembali- yang hadir hanya sekitar 9 orang. “Dari tingkat kehadiran mereka, kita bisa tahu sebesar apa ketulusan jiwa pengabdian para mantan wakil rakyat itu,” demikian komentar salah seorang tokoh birokrat yang tidak mau disebutkan namanya.
Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susduk MPR, DPR, DPD, dan DPRD Propinsi/Kabupaten/Kotamadya, maka Gubernur Jatim Soekarwo menetapkan S. Akbar Abbas, SE, MM dari PDI-P sebagai Ketua Sementara dan Kholik, SH dari PKB menjabat Wakil Ketua.
Menjelang akhir acara, di luar lingkungan Pendopo Agung Trenggalek, terjadi aksi teatrikal yang disuguhkan oleh demonstran dari LSM Selaras, dan mahasiswa yang menyebut dirinya sebagai Aliansi Trenggalek Menggugat. Puryono, koordinator demonstran tampil berbusana bak resi yang digdaya, dalam keadaan terikat digiring oleh empat orang bertopeng bujangganong dan raksasa. “Sang resi” sesekali dicambuk oleh dua orang pengawalnya agar mau berjalan tanpa alas kaki berkeliling sepanjang jalan di depan Pendopo Agung sambil berorasi, di tengah terik matahari dan panasnya aspal. Para pengawal sang resi membawa seekor bebek, sementara Puryono (sang resi) menaburkan bunga tiga warna sebagai lambang “ruwatan” atas tercemarnya nilai-nilai demokrasi akibat terpilihnya 60% “saudagar” atau kontraktor sebagai wakil rakyat Trenggalek.Para demonstran membeberkan poster antara lain bertuliskan “Selamatkan Rakyat!”, “60 persen anggota dewan baru adalah kontraktor dan 40 persen berijasahkan UPRES” serta “anggota DPRD Trenggalek Periode 2009-2014 adalah pasukan Den-Sus 86 Anti Tekor “. Mereka tidak bisa mendekati lokasi pelantikan Dewan dan dipaksa petugas agar menggelar orasi hanya sampai di depan Pendopo Kabupaten Trenggalek atau sekitar 20 meter dari Pendopo.
Dalam orasinya para mahasiswa ini meminta agar 45 anggota Dewan terpilih bertanggung jawab dan memenuhi semua janji-janji yang sudah pernah diucapkan saat kampanye dulu. Selain itu, para pendemo juga meminta kepada anggota dewan terpilih untuk tidak korupsi ketika sudah menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat. “Korupsi sudah menyebabkan hak-hak warga Trenggalek terbengkalai, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun layanan publik lainnya,” ujar Puryono koordinator aksi demo. Setelah berjalan cukup lama, akhirnya salah satu pendemo memberikan hadiah seekor Itik yang diterima oleh salah anggota dewan baru Agus Wahyudi dari PDIP di depan pintu masuk Pendopo. Sementara para anggota dewan baru yang lain sibuk berfoto ria di halaman Pendopo seakan tidak memperdulikan adanya aksi demo yang digelar oleh para aktivis yang mewakili aspirasi rakyat. Setelah puas berorasi dengan olah teatrikal mereka mengakhiri aksi damai ini dengan berjalan meninggalkan lokasi pelantikan menuju arah kota sambil terus melakukan orasi.(Haz)
Bertempat di Pendopo Agung Trenggalek, Rabu (26/08) telah dilantik 45 Anggota Legeslatif periode 2009-2014. Pada saat gladi resik sebelum acara dimulai, aleg baru yang akan dilantik terkesan grogy bak artis yang demam panggung. Walaupun demikian, acara yang diawali dengan Lagu “Indonesia Raya” ini begitu memasuki detik-detik pelantikan dan pengambilan sumpah janji yang dipimpin Ketua Pengadilan Negeri Trenggalek, Lasito, SH hingga akhir bisa berlangsung dengan lancar.
Hadir dalam acara tersebut Bupati KRT H. Soeharto, Wabup Mahsun Ismail, S.Ag. MM., seluruh jajaran Muspida Trenggalek dan semua Kepala SKPD serta pejabat teras di lingkungan Pemkab Trenggalek. Sementara anggota legeslatif periode 2004-2009 yang tidak terpilih untuk periode 2009-2014, banyak yang tidak hadir. Kendati begitu, aleg lama -yang tidak terpilih kembali- yang hadir hanya sekitar 9 orang. “Dari tingkat kehadiran mereka, kita bisa tahu sebesar apa ketulusan jiwa pengabdian para mantan wakil rakyat itu,” demikian komentar salah seorang tokoh birokrat yang tidak mau disebutkan namanya.
Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susduk MPR, DPR, DPD, dan DPRD Propinsi/Kabupaten/Kotamadya, maka Gubernur Jatim Soekarwo menetapkan S. Akbar Abbas, SE, MM dari PDI-P sebagai Ketua Sementara dan Kholik, SH dari PKB menjabat Wakil Ketua.
Menjelang akhir acara, di luar lingkungan Pendopo Agung Trenggalek, terjadi aksi teatrikal yang disuguhkan oleh demonstran dari LSM Selaras, dan mahasiswa yang menyebut dirinya sebagai Aliansi Trenggalek Menggugat. Puryono, koordinator demonstran tampil berbusana bak resi yang digdaya, dalam keadaan terikat digiring oleh empat orang bertopeng bujangganong dan raksasa. “Sang resi” sesekali dicambuk oleh dua orang pengawalnya agar mau berjalan tanpa alas kaki berkeliling sepanjang jalan di depan Pendopo Agung sambil berorasi, di tengah terik matahari dan panasnya aspal. Para pengawal sang resi membawa seekor bebek, sementara Puryono (sang resi) menaburkan bunga tiga warna sebagai lambang “ruwatan” atas tercemarnya nilai-nilai demokrasi akibat terpilihnya 60% “saudagar” atau kontraktor sebagai wakil rakyat Trenggalek.Para demonstran membeberkan poster antara lain bertuliskan “Selamatkan Rakyat!”, “60 persen anggota dewan baru adalah kontraktor dan 40 persen berijasahkan UPRES” serta “anggota DPRD Trenggalek Periode 2009-2014 adalah pasukan Den-Sus 86 Anti Tekor “. Mereka tidak bisa mendekati lokasi pelantikan Dewan dan dipaksa petugas agar menggelar orasi hanya sampai di depan Pendopo Kabupaten Trenggalek atau sekitar 20 meter dari Pendopo.
Dalam orasinya para mahasiswa ini meminta agar 45 anggota Dewan terpilih bertanggung jawab dan memenuhi semua janji-janji yang sudah pernah diucapkan saat kampanye dulu. Selain itu, para pendemo juga meminta kepada anggota dewan terpilih untuk tidak korupsi ketika sudah menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat. “Korupsi sudah menyebabkan hak-hak warga Trenggalek terbengkalai, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun layanan publik lainnya,” ujar Puryono koordinator aksi demo. Setelah berjalan cukup lama, akhirnya salah satu pendemo memberikan hadiah seekor Itik yang diterima oleh salah anggota dewan baru Agus Wahyudi dari PDIP di depan pintu masuk Pendopo. Sementara para anggota dewan baru yang lain sibuk berfoto ria di halaman Pendopo seakan tidak memperdulikan adanya aksi demo yang digelar oleh para aktivis yang mewakili aspirasi rakyat. Setelah puas berorasi dengan olah teatrikal mereka mengakhiri aksi damai ini dengan berjalan meninggalkan lokasi pelantikan menuju arah kota sambil terus melakukan orasi.(Haz)
0 Komentar:
Posting Komentar
Bila Anda suka dengan entry blog ini, sudilah menuliskan komentar di sini.
Terimakasih.