Foto: (1) H. Soeharto, Bupati Trenggalek (2) K. Mas'ud Habib, Drs. Sunani LS, dan H. Soeharto. (Dok.Hamzah)
Trenggalek, Memo
Minggu, (9/8) Ponpes “Darul Muttaqin” yang lebih dikenal dengan nama Pondok Kebon, lokasi Desa Jatiprahu, Kecamatan Karangan, Trenggalek, menyelenggarakan tasyakuran dalam rangka Haflah Takhtiman Alfiyyah Ibnu Malik dan Akhirussannah. Hadir sebagai penceramah Al-Mukarrom KH. Moch. Yunus dari Blitar. Awalnya, yang akan datang adalah Al-Mukarrom KH. Agus Ali Masyhuri dari Ponpes Bumi Sholawat, Tulangan, Sidoarjo, namun karena berhalangan, beliau tidak bisa hadir. Dalam kesempatan ini tampak hadir di barisan kursi kehormatan, Bupati H. Soeharto, Camat Karangan, Drs. Sunani LS, K. Mas’ud Habib, dan Sukaruddin, S.Ag., M.Ag.politikus dari PKB.
Acara dimulai tepat pukul 20.00 (WIB), dengan protokler yang sudah diatur oleh Panitia. Bupati Soeharto dalam kata sambutannya menekankan pentingnya Kesehatan Ponpes dan menegaskan sikap Trenggalek yang anti terorisme. Para audiens yang berjumlah lebih dari 1000 orang, terlihat sangat antusias mendengarkan dan sesekali memberikan respons positif dengan meneriakkan “Pak Harto Lanjut”, dan berbagai luapan emosional yang positif mendukung program-program yang dicanangkan oleh pemkab Trenggalek.
Ponpes bukan sekedar tempat untuk beribadah dan mencari ilmu kegamaan, tapi lebih dari itu, ponpes merupakan tulang punggung bagi pembinaan dan “pendadaran” generasi muda penerus bangsa, demi terwujudnya kaum muslimin yang beriman, bertakwa, dan mampu menjalani kehidupan secara mandiri serta sanggup mengimbangi arus globalisasi di segala dimensi. “Oleh sebab itu, Pemerintah Kabupaten Trenggalek, mencanangkan gerakan Ponpes Sehat. Bukan hanya sehat jasmani para Masyakih-nya, sehat jasmani para Asatidz-nya, tidak sekedar sehat jasmani para santriwan dan santriwati-nya, tetapi juga sehat rokhaninya serta sehat pula semua fasilitas dan infrastruktur yang dimiliki Ponpes”, demikian Soeharto menegaskan.
Pemkab Trenggalek bulan lalu telah memberikan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) kepada ponpes dan desa-desa di daerah ini, dengan nilai rata-rata Rp.50 juta. Bantuan dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada masyarakat, agar terus berkiprah membangun daerah ini dengan berbagai cara, melalui aktivitas di lingkungannya masing-masing.
Dalam kesempatan itu, Soeharto kembali menyampaikan himbauan dan instruksi kepada jama’ah yang hadir, agar waspada dan meneguhkan hati, niat, tekad, sikap dan tindakan, menyatukan visi dan presepsi, membulatkan semangat untuk memerangi segala bentuk terorisme. “Jangan biarkan Islam yang merupakan agama Rohmatan fil alamin, dikotori oleh gerakan teroris yang mengatas-namakan agama Islam. Agama kita tidak mengenal perbuatan teror di negeri yang aman dan damai seperti Indonesia”, katanya dengan tegas. Himbauan ini selalu disampaikan diberbagai kesempatan dalam forum umum maupun di kalangan birokrasi.
Ponpes, sebagai pusat kebudayaan Islam, pusat dinamika dan aktivitas kaum muslimin intelektual, seharus menjadi basis gerakan anti terorisme. Oleh sebab itu, masyarakat diharapkan tetap mengedepankan ukhuwah Islamiah yang telah diteladankan oleh Rasulullah SAW. “Di negeri yang aman dan damai, ummat Islam diwajibkan untuk selalu memelihara dan melestarikan situasi dan kondisi ini dengan kasih saying dan cinta sesama. Jihad di negeri yang aman dan damai,yang diteladankan oleh Rasulullah tidak pernah dengan memakai pedang atau kekerasan.” Tandasnya.
Pondok Kebon didirikan sejak tahun 1936 oleh KH. Moh. Habib Ibrohim dengan nama Bustanul Adzim, 1970 diteruskan oleh putra beliau KH. Mas’ud Habib, menempati lahan wakaf seluas 2.375 meter kuadrat. Sejak didirikan hingga sekarang sudah ribuan santrinya. Dalam acara ini diwisuda 68 santri yang telah menyelesaikan pendidikannya, sedang santri yang saat ini mondok ada 127 orang.(Haz)
Acara dimulai tepat pukul 20.00 (WIB), dengan protokler yang sudah diatur oleh Panitia. Bupati Soeharto dalam kata sambutannya menekankan pentingnya Kesehatan Ponpes dan menegaskan sikap Trenggalek yang anti terorisme. Para audiens yang berjumlah lebih dari 1000 orang, terlihat sangat antusias mendengarkan dan sesekali memberikan respons positif dengan meneriakkan “Pak Harto Lanjut”, dan berbagai luapan emosional yang positif mendukung program-program yang dicanangkan oleh pemkab Trenggalek.
Ponpes bukan sekedar tempat untuk beribadah dan mencari ilmu kegamaan, tapi lebih dari itu, ponpes merupakan tulang punggung bagi pembinaan dan “pendadaran” generasi muda penerus bangsa, demi terwujudnya kaum muslimin yang beriman, bertakwa, dan mampu menjalani kehidupan secara mandiri serta sanggup mengimbangi arus globalisasi di segala dimensi. “Oleh sebab itu, Pemerintah Kabupaten Trenggalek, mencanangkan gerakan Ponpes Sehat. Bukan hanya sehat jasmani para Masyakih-nya, sehat jasmani para Asatidz-nya, tidak sekedar sehat jasmani para santriwan dan santriwati-nya, tetapi juga sehat rokhaninya serta sehat pula semua fasilitas dan infrastruktur yang dimiliki Ponpes”, demikian Soeharto menegaskan.
Pemkab Trenggalek bulan lalu telah memberikan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) kepada ponpes dan desa-desa di daerah ini, dengan nilai rata-rata Rp.50 juta. Bantuan dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada masyarakat, agar terus berkiprah membangun daerah ini dengan berbagai cara, melalui aktivitas di lingkungannya masing-masing.
Dalam kesempatan itu, Soeharto kembali menyampaikan himbauan dan instruksi kepada jama’ah yang hadir, agar waspada dan meneguhkan hati, niat, tekad, sikap dan tindakan, menyatukan visi dan presepsi, membulatkan semangat untuk memerangi segala bentuk terorisme. “Jangan biarkan Islam yang merupakan agama Rohmatan fil alamin, dikotori oleh gerakan teroris yang mengatas-namakan agama Islam. Agama kita tidak mengenal perbuatan teror di negeri yang aman dan damai seperti Indonesia”, katanya dengan tegas. Himbauan ini selalu disampaikan diberbagai kesempatan dalam forum umum maupun di kalangan birokrasi.
Ponpes, sebagai pusat kebudayaan Islam, pusat dinamika dan aktivitas kaum muslimin intelektual, seharus menjadi basis gerakan anti terorisme. Oleh sebab itu, masyarakat diharapkan tetap mengedepankan ukhuwah Islamiah yang telah diteladankan oleh Rasulullah SAW. “Di negeri yang aman dan damai, ummat Islam diwajibkan untuk selalu memelihara dan melestarikan situasi dan kondisi ini dengan kasih saying dan cinta sesama. Jihad di negeri yang aman dan damai,yang diteladankan oleh Rasulullah tidak pernah dengan memakai pedang atau kekerasan.” Tandasnya.
Pondok Kebon didirikan sejak tahun 1936 oleh KH. Moh. Habib Ibrohim dengan nama Bustanul Adzim, 1970 diteruskan oleh putra beliau KH. Mas’ud Habib, menempati lahan wakaf seluas 2.375 meter kuadrat. Sejak didirikan hingga sekarang sudah ribuan santrinya. Dalam acara ini diwisuda 68 santri yang telah menyelesaikan pendidikannya, sedang santri yang saat ini mondok ada 127 orang.(Haz)
0 Komentar:
Posting Komentar
Bila Anda suka dengan entry blog ini, sudilah menuliskan komentar di sini.
Terimakasih.