> Bayi Keluarga Miskin : Tanpa Hidung Lahir | Prigibeach Trenggalek

Bayi Keluarga Miskin : Tanpa Hidung Lahir




Foto : Zahra, bayi malang tanpa hidung digendong ibunya.


Reporter : Nanang Masyhari

Trenggalek, Memo

Malang nian nasib Zahra Roisah, bayi yang baru berusia tiga bulan asal Dusun Bangun Mulyo, RT 42/ RW 12, Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri. Putri pertama pasangan suami-istri, Sodiq Gianto (30) dengan Ernawati (24) itu, lahir dalam kondisi cacat pada organ pernafasaanya yaitu, si bayi tidak memiliki hidung.

Ditambah lagi himpitan ekonomi keluarga dengan ayah yang hanya bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan Rp 10 ribu per hari, semakin menambah penderitaan Zahra. Bayi perempuan dengan berat badan 2,6 kilogram saat lahir ini menemui kesulitan dalam memperoleh layanan kesehatan, sebagaimana anak kecil pada umumnya.

Sodiq, orang tua Zahra ketika ditemui mengaku, hanya mampu pasrah. Apalagi, setelah rumah sakit (RS) memvonis Zahra baru dapat menjalani operasi pembuatan lubang hidung di RSUD Dr Seotomo, Surabaya setelah berat badannya naik hingga 5 kilogram.

Yang membuat keluarga seakan putus asa, Zahra yang lahir dari rahim Ernawati pada bulan Mei 2009 lalu melalui proses persalinan di RS HVA Toeloengrejo, Pare itu sulit dalam makan. Maklum, pernafasan Zahra tidak melalui hidung, malinkan dari mulut.

"Ada sih lubang dihidungnya, namun kecil sekali, seujung lidi. Itupun saya tidak yakin, jika lubang itu menembus rongga hidungnya. Karena, ketika air susu tumpahan dimukanya, tetap tergenang di lubang itu," terang Ernawati, sambil menggendong buah hatinya itu.

Terang Ernawati, Zahra kemudian dipindahkan ke RSUD Pelem, mengingat keluarga sudah tidak sanggup untuk membiayainya. "Di HVA kami keluar biaya sebesar Rp 800 ribu, uang itu berasal dari sumbangan tetangga, dan menghutang kesana kemari. Kemudian kami putuskan untuk dirawat di RSUD Pelem, dengan harapan dapat memperoleh jamkesmas," imbuh Ernawati.

Kurang lebih dua puluh hari Zahra dirawat di RSUD Pelem, Pare, sahut Sodiq. Namun, karena kondisi tetap tidak ada perubahan, dan selalu menangis ketika diberi makan, akhirnya keluarga memilih untuk membawanya pulang.

"Jika di rumah, kami bisa memberinya makan, dan berat badannya dapat bertambah. Kalau terus-terusan di rumah sakit, badannya semakin kurus, dan tidak bisa mencapai 5 kilogram, tentunya sulit ada kesempatan ke RSUD Dr Soetomo," keluhnya.

Keluarga berharap, pemerintah daerah dan dermawan dapat membawa masalah mereka. Pasalnya, mereka khawatir terjadi sesuatu yang buruk terhadap bayinya jika tidak segera dioperasi. "Saya tidak tega ketika melihat Zahra muntah, dan tersedak ketika makan. Nafasnya juga tersengal-sengal, namun kami juga tidak bisa berbuat banyak," terang Sodiq. (nng/haz)

0 Komentar:

Posting Komentar

Bila Anda suka dengan entry blog ini, sudilah menuliskan komentar di sini.
Terimakasih.