Trenggalek Memo
Sekolah favorit tampaknya tak ingin kehiangan siswa dengan prestasi gemilang. Agar siswa tak lepas berpindah ke sekolah lain, ada beberapa cara dilakukan sekolah. Ada yang mempercepat lebih dulu menggelar PSB, ada juga yang menarik dana untuk pembelian kain seragam. Seperti terjadi di MTs Model Trenggalek. Sekolah yang berada di Desa Karangsoko ini lebih awal membuka pendaftaran selaligus penutupannya. Yaitu pendaftaran dibuka pada 29 Juni lalu sampai pada 2 Juni. Penerimaan siswa juga tidak langsung diumumkan tiap hari, melainkan kemarin pukul 08.00.
Dari pantauan Memo, sampai pukul 12.00 Jumat (3/07)lalu, belum ada kepastian berapa jumlah siswa yang diterima. Waktu itu hanya terpasang pengumuman nama-nama siswa yang mendaftar. Setdiaknya ada 200an nama siswa terpampang. Waktu itu panitia juga belum tahu berapa tepatnya jumah siswa yang akan diterima. Baru pada pagi kemarin diketahui ada 111 siswa yang diterima. Kepala MTs Model Setiono Aji mengatakan pagu di sekolah yang dipimpinnya berjumlah 340. Selain jumlah yang diterima dari jalur reguler tersebut, ada penerimaan siswa dari jalur khusus.
Tidak hanya jadwalnya saja, Memo juga medapatkan informasi tentang adanya dana yang harus dikeluarkan dari wali murid yang sudah diterima lewat jalur khusus tersebut. Jumlahnya sebesar Rp 500 ribu. Ini digunakan untuk membeli kain bahan seragam. “Ini sudah dibayarkan sebelum ada pengumuman kelulusan,” ucap salah satu orang tua. Meski sudah diterima dan membayar uang tersebut, namun beberapa siswa memilih untuk melanjutkan ke sekolah lain. “Ya gimana, waktu itu anaknya minta dibayar. Akirnya sekarang diterima di sekolah lain. Banyak yang sudah daftar di sana (MTs Model) tapi akhirnya keluar. Mau ngembalikan kainnya ya malu. Cuma sayangnya kok itu diterapkan pembayaran sebelum kelulusan,” lanjut orang tua tadi. Orang tua siswa lain juga mengakui adanya pembelian kain tersebut. “Anaknya ndak mau sekolah di sana, sudah saya sarankan. Tapi katanya senang di sini. Ya sudah, katanya kain kan bisa diberikan pada orang lain. Sekarang kalau anaknya sudah ndak mau ya bagaimana lagi. Nanti malah ndak semangat belajar, ” ujar perempuan paruh baya ini.
Dikonfirmasi hal ini, Setiono Aji mengatakan sudah mendapatkan rekom dari kanwil Depag bahwa ada otonomi bagi sekolahnya untuk mengelola PSB. Sedangkan untuk pembelian seragam, dia mengatakan justru itu merupakan pengajuan dari wali murid untuk kepentingan anak (calon siswa). “Ada permintaan pengajuan dari orang tua dirupakan kain. Kalau ada yang mau megembalikan bisa saja,” kata Setiono Aji.
Sangat disayangkan Kasi Mapenda Depag Trenggalek, Fauzi malah tidak faham dengan PSB di lingkup depag. Fauzi mengatakan memang kemarin jadwal untuk MA. “Kalau MTs mungkin juga masih pendaftaran ya,” kata Fauzi saat dihubungi melalui ponselnya.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Trenggalek Abu Mansur, mengakui ketidakserentakan PSB cukup meresahkan sekolah lain. “Ya solusinya bisa untuk tahun depan kami dari dinas dan depag membuat MoU agar PSB dilaksanakan serentak,” ucap Abu Mansur(Haz).
Sekolah favorit tampaknya tak ingin kehiangan siswa dengan prestasi gemilang. Agar siswa tak lepas berpindah ke sekolah lain, ada beberapa cara dilakukan sekolah. Ada yang mempercepat lebih dulu menggelar PSB, ada juga yang menarik dana untuk pembelian kain seragam. Seperti terjadi di MTs Model Trenggalek. Sekolah yang berada di Desa Karangsoko ini lebih awal membuka pendaftaran selaligus penutupannya. Yaitu pendaftaran dibuka pada 29 Juni lalu sampai pada 2 Juni. Penerimaan siswa juga tidak langsung diumumkan tiap hari, melainkan kemarin pukul 08.00.
Dari pantauan Memo, sampai pukul 12.00 Jumat (3/07)lalu, belum ada kepastian berapa jumlah siswa yang diterima. Waktu itu hanya terpasang pengumuman nama-nama siswa yang mendaftar. Setdiaknya ada 200an nama siswa terpampang. Waktu itu panitia juga belum tahu berapa tepatnya jumah siswa yang akan diterima. Baru pada pagi kemarin diketahui ada 111 siswa yang diterima. Kepala MTs Model Setiono Aji mengatakan pagu di sekolah yang dipimpinnya berjumlah 340. Selain jumlah yang diterima dari jalur reguler tersebut, ada penerimaan siswa dari jalur khusus.
Tidak hanya jadwalnya saja, Memo juga medapatkan informasi tentang adanya dana yang harus dikeluarkan dari wali murid yang sudah diterima lewat jalur khusus tersebut. Jumlahnya sebesar Rp 500 ribu. Ini digunakan untuk membeli kain bahan seragam. “Ini sudah dibayarkan sebelum ada pengumuman kelulusan,” ucap salah satu orang tua. Meski sudah diterima dan membayar uang tersebut, namun beberapa siswa memilih untuk melanjutkan ke sekolah lain. “Ya gimana, waktu itu anaknya minta dibayar. Akirnya sekarang diterima di sekolah lain. Banyak yang sudah daftar di sana (MTs Model) tapi akhirnya keluar. Mau ngembalikan kainnya ya malu. Cuma sayangnya kok itu diterapkan pembayaran sebelum kelulusan,” lanjut orang tua tadi. Orang tua siswa lain juga mengakui adanya pembelian kain tersebut. “Anaknya ndak mau sekolah di sana, sudah saya sarankan. Tapi katanya senang di sini. Ya sudah, katanya kain kan bisa diberikan pada orang lain. Sekarang kalau anaknya sudah ndak mau ya bagaimana lagi. Nanti malah ndak semangat belajar, ” ujar perempuan paruh baya ini.
Dikonfirmasi hal ini, Setiono Aji mengatakan sudah mendapatkan rekom dari kanwil Depag bahwa ada otonomi bagi sekolahnya untuk mengelola PSB. Sedangkan untuk pembelian seragam, dia mengatakan justru itu merupakan pengajuan dari wali murid untuk kepentingan anak (calon siswa). “Ada permintaan pengajuan dari orang tua dirupakan kain. Kalau ada yang mau megembalikan bisa saja,” kata Setiono Aji.
Sangat disayangkan Kasi Mapenda Depag Trenggalek, Fauzi malah tidak faham dengan PSB di lingkup depag. Fauzi mengatakan memang kemarin jadwal untuk MA. “Kalau MTs mungkin juga masih pendaftaran ya,” kata Fauzi saat dihubungi melalui ponselnya.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Trenggalek Abu Mansur, mengakui ketidakserentakan PSB cukup meresahkan sekolah lain. “Ya solusinya bisa untuk tahun depan kami dari dinas dan depag membuat MoU agar PSB dilaksanakan serentak,” ucap Abu Mansur(Haz).
1 Komentar:
Begitulah kalau guru-guru sudah kerasukan setan tamak, iblis serakah, lupa diri lupa kalau sudah makan gaji dari pajak yang diambil dari rakyat.
Pak Hamzah, tolong suarakan jeritan sakit hati kami. Kami adalah keluarga yang anak-anaknya yang diterima di SMAN 1 Trenggalek lewat jalur PMDK, tapi terpaksa mengundurkan diri karena diwajibkan bayar SPP tiap bulan 150 ribu rupiah.
Kalau tidak mau, kami disuruh mundur.
Posting Komentar
Bila Anda suka dengan entry blog ini, sudilah menuliskan komentar di sini.
Terimakasih.