Gelombang kekecewaan terhadap Polri yang belum juga menetapkan Anggodo sebagai tersangka terus berlanjut. Di Yogyakarta, ratusan orang mewujudkan kekecewaan itu dengan memakan roti buaya.
Aksi yang diprakarsai Aliansi Masyarakat Untuk KPK (AMUK) Yogyakarta itu digelar di depan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret 1949 di simpang empat Kantor Pos Besar Yogyakarta di Jl Senopati, Kamis (5/11/2009). Selain diikuti aktivis LSM, advokat Yogyakarta, dosen dan mahasiswa, aksi ini juga diikuti oleh para nasabah/korban Bank Century dari Yogyakarta.
Dalam aksinya, para demonstran mengenakan pakaian serba hitam. Begitu pula dengan kain spanduk dan poster yang mereka bawa, semuanya serba hitam. Spanduk dan poster itu antara lain bertuliskan "Aksi Keprihatinan Pelemahan KPK AMUK Yogyakarta". Massa juga menyanyikan lagu "KPK Didadaku" yang merupakan gubahan dari lagu "Garuda Didadaku'.
Masih belum cukup, para demonstran juga membawa ratusan roti berbentuk buaya. "Ini untuk mengingatkan bahwa kami terus akan mendukung KPK," kata salah seorang peserta Budi wahyuni sambil mengalungkan roti buaya itu kepada peserta lainnya.
Selain diisi orasi, 4 pengunjuk rasa juga melakukan aksi teatrikal. Mereka mengikat tangannya dengan tali plastik dan sekujur tubuhnya dilumuri cat warna-warni. Aksi ini menggambarkan perlawanan terhadap para koruptor dan mafia peradilan yang akan melemahkan KPK.
Salah satu korban Bank Century, Ny Tri Janualdi, bersama rekan-rekannya turut bergabung dalam aksi itu. Mereka juga membawa poster bertuliskan "SBY-Boediono, kembalikan uang kami nasabah Bank Century."
"Kami mengumpulkan uang rupiah demi rupah. Kami dibohongi. Kami ingin uang kami kembali," kata Tri.
Tri mengaku nasib dananya sebesar Rp 3,4 miliar di Bank Century tidak jelas. Padahal uang tersebut milik 900 anggota Kelompok Penyegaran Hidup yang ada di Yogyakarta. Masih banyak lagi nasabah Bank Century di Yogyakarta yang sampai sekarang belum ada kejelasan pengembaliannya.
Usai berorasi untuk mengungkapkan kekecewaannya Tri Janualdi bersama rekannya Bunadi mengajak semua peserta untuk memakan roti buaya. Roti buaya hanya dimakan di bagian kepala setelah itu muntahkan kembali. "Hoek, hoek, hoek, Ini cicak yang berani memakan kepala buaya," kata Tri.
0 Komentar:
Posting Komentar
Bila Anda suka dengan entry blog ini, sudilah menuliskan komentar di sini.
Terimakasih.