> Masjid Al Aqsha dan Upaya Israel Untuk Menghancurkannya | Prigibeach Trenggalek

Masjid Al Aqsha dan Upaya Israel Untuk Menghancurkannya




  • Al Aqsha Terancam Runtuh

Yayasan Al Aqsha, Kamis (27/03) kembali mengungkap aksi penggalian terowongan penjajah Zionis Israel di bawah masjid Al Aqsha dalam sekala besar dan massif. Aksi ini dilakukan setiap hari agar masjid Al Aqsha hancur, untuk kemudian mereka bangun sinagog yang mereka klaim di atas puing-puing Al Aqsha.

Yayasan Al Aqsha mengatakan otoritas Israel tengah membuat bangunan-bangunan pemancang untuk membangun terowongan di bawah Madrasal al Umariyah mulai dari sisi barat yang membentang dari bawah tembok Burak (ratapan) hingga jalan Mujahidin yang berdahadapan dengan pagar utara masjid Al Aqsha.

“Pihak Israel tengah berupaya menguasai bangunan-bangunan di kawasan tersebut sebagai rangkaian fase yahudisasi kawasan tersebut.”

Yayasan Al Aqsha menghimbau kepada umat Islam, umat Nashrani yang memiliki warisan sejarah yang sama, serta masyarakat dunia yang peduli dengan peninggalan sejarah peradaban agar ada gerakan secepatnya untuk membela dan menjaga masjid Al Aqsha dan kota Al Quds.

Saksi mata melaporkan kepada Yayasan Al Aqsha, bahwa otoritas penjajah Israel dalam seminggu terakhir telah meningkatkan aksi penggalian, pengerukan dan pemindahan tanah dalam jumlah besar dari bawah Madrasah Umariyah. Untuk aktivitas tersebut Israel mengerahkan tidak kurang dari 50 pekerja yang bekerja sejak selepas subuh sekitar pukul lima hingga pukul tujuh pagi. Mereka mengeruk sekitar 500 kantong setiap harinya, setiap kantong berisi 10 kilogram tanah dan puing.

Kemudian, apalagi yang harus ditunggu oleh para pemimpin dunia Arab dan umat Islam secara keseluruhan ? masih perlukah berunding ? masih efektifkah berdialog dengan Yahudi ? Padahal pada waktu yang bersamaan mereka tidak pernah menepati resolusi atau kesepakatan yang sudah ditentukan. Bahkan mereka dengan tidak manusiawi membunuh anak-anak, wanita, orang tua yang tidak berdosa.

  • Penghancuran Pintu Barat adalah Langkah Menuju Pembagian al Aqsha

Infopalestina-Beirut: Lembaga al Quds Internasional (al Quds Foundation) yang berpusat di Beirut, Libanon, mengingatkan bahwa penggalian yang dilakukan Zionis Israel saat ini di jalan pintu barat menuju al Aqsha yang sudah berlangsung beberapa hari ini merupakan langkah berbahaya yang tujuan finalnya adalah pembagian masjid al Aqsha antara Yahudi dengan kaum muslimin.

Dalam situs resminya, Lembaga al Quds Internasional yang dipimpin Syaikh Yusuf al Qardawi, ini menyajikan peta secara rinci mengenai perkembangan peristiwa dan serangan yang dilakukan Israel terhadap masjid al Aqsha sejak awal tahun 2005. Kesimpulannya, “Perjalanan peistiwa-peristiwa yang nampak dalam pemaparan ini menegaskan bahwa tujuan final yang sangat diinginkan penjajah Israel dengan melakukan serangan dan penggalian secara berkesinambungan adalah pembagian masjid al Aqsha.”

Paparan rinci al Quds Foundation ini menjelaskan langkah-lengkah ke depan yang diprediksi akan dilakukan rezim penjajah Zionis Israel dan pihak-pihak yang berkeinginan untuk membagi masjid al Aqsha dengan rencana-rencana tersebut.

Kesimpulan yang didapat al Quds Foundation ini didasarkan kepada dokumen peistiwa-peristiwa yang menjadi bagian proyek dokumentasi menyeluruh bagi urusan al Quds dan masjid al Aqsha yang diberinama proyek “Ainun ‘Ala al Quds” (mata tertuju pada al Quds). Dari itu semua, al Quds Foundation melakukan pembacaan secara cermat setiap hari terhadap lembaga-lembaga dokumen Palestina dan Israel serta situs-situs internet khusus membahas masalah al Quds dan masjid al Aqsha, juga pada kajian-kajian, laporan-laporan dan studi-studi lapangan.

Pada 21 Agustus 2006 lalu, al Quds Foundation mengeluarkan laporan dengan judul “Ainun ‘Alal Quds” yang merekam 77 aksi serangan terhadap masjid al Aqsha selama 20 bulan. Dalam laporan ini al Quds Foubdation mengingatkan bahwa perkembangan-perkembangan yang ada menegaskan bahwa rezim penjajah Israel terus dengan proyeknya secara sungguh-sungguh untuk membagi masjid al Aqsha antara kaum muslimin dengan Yahudi. Bahwa perang Libanon yang terjadi pada musim panas 2006 lalu telah memperlambat rencana ini. Dan Israel akan kembali melaksanakan begitu berlalu motif-motif perang ini.

  • Israel Serbu Masjid al Aqsha Tanpa Alasan

Infopalestina-al Quds: Yayasan al Aqsha untuk pemakmuran tempat-tempat suci Islam di Palestina ’48 menegaskan ribuan anggota polisi Israel, penjaga berbatasan dan pasukan khusus Israel menyerbu masjid al Aqsha usai shalat Jum’at, kemarin. Mereka langsung melepaskan tembakan karet dan gas air mata ke arah para jama’ah, serta melakukan pemukulan terhadap sebagian jama’ah tanpa alasan yang jelas dan dalam kondisi tidak ada aksi apapun di dalam masjid al Aqsha.

Hal ini ditegaskan jurubicara Yayasan al Aqsha, Mahmud Abu Atha. Abu Atha menyatakan, pasukan penjajah Zionis Israel sengaja melakukan serangan terhadap jama’ah shalat yang sebagian besar dari mereka adalah orang-orang lanjut usia. Karena pihak penjajah Israel melarang anak-anak muda Palestina di bawah usia 45 tahun masuk ke masjid al Aqsha dengan pengerahan pasukan menjelang shalat Jum’at dalam jumlah besar yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dalam pernyataan kepada kantor berita quds press, Abu Atha menyatakan, “Pasukan Israel mendirikan puluhan pos militer (check point) di sekitar masjid al Aqsha dan di sekitar kota lama di al Quds. Selain itu, militer Israel juga mengerahkan kendaraan-kendaraan tempur dan pasukan jalan kaki serta pesawat helicopter yang secara terus menerus terbang di atas masjid al Aqsha. Sementara para serdadu Israel melepaskan tembakan ke arah para jama’ah yang mayoritasnya adalah orang-orang lanjut usia.

Disebutkan pula bahwa bentrokan sempat terjadi di beberapa tempat antara jama’ah shalat yang hendak masuk masjid al Aqsha dengan pasukan Israel yang ada di sekitar pos-pos militer, khususnya di daerah lembah Jazer dan pintu Hithah. Hal ini memaksa para jama’ah akhirnya shalat di sekitar spos-pos militer Israel. Pengepungan terhadap masjid al Aqsha dan kota lama di al Quds belum pernah terjadi seperti kemarin.

Jurubicara Yayasan al Aqsha menjelaskan, pasukan penjajah Zionis Israel menyerbu masjid al Aqsha dari pintu barat. Kemudian menyerang para jama’ah yang ada di dalam kompleks masjid, sebelum kemudian mengepung para jama’ah di dalam masjid al Aqsha dan Qubah Shakhra’.

Pihaknya mengingatkan bahaya yang terjadi di dalam masjid al Aqsha dan itu akan terus meningkat di tengah-tengah blockade dan pengepungan Israel terhadap ribuan jama’ah di dalam masjid, khususnya setelah Israel menutup pintu-pintu al Aqsha dengan rantai besi. Sementara para jama’ah masih berada di dalam masjid. Pada saat yang sama pasukan Israel melepaskan tembakan karet dan gas air mata ke dalam masjid. Serdadu Israel juga melarang mobil-mobil ambulan menuju masjid untuk menolong korban yang terluka.
  • Ummat Islam Tidak Rela

Ratusan massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) kembali turun ke jalan guna menentang penyerbuan kedalam masjid Al Aqsha yang dilakukan tentara Israel yang menimbulkan korban jiwa terutama kaum muslimin.

Aksi yang digelar siang ini dihadiri sekitar 500 orang, dengan titik kumpul di lapangan Merdeka Medan. Massa yang terdiri dari ibu-ibu, anak-anak dan remaja ini mengambil rute dari Lapangan Merdeka Medan menuju bundaran SIB.

Aksi diwarnai dengan pembagian selebaran ke masyarakat yang berisikan tentang sikap HTI terhadap penyerangan zionis Israel yang dilakukan pada Minggu (25/10). Selain itu, aksi juga diisi dengan orasi yang dilakukan dua orang orator.

Koordinator aksi Amalia mengatakan, selama ini, kaum muslimin di Palestina sudah menerima perlakukan yang semena-mena dari zionis Isreal, dan sekarang kondisinya semakin parah. Sebab, saat ini tentara Israel sudah berani memasuki masjid Al Aqsho guna melakukan pembantaian kaum muslimin.

"Kita sebagai sesama umat muslim melakukan solidaritas demi saudara-saudara di Palestina. Kaum muslimin jangan hanya berpangku tangan. Kita harus melakukan jihad untuk membantu perjuangan rakyat Palestina. Terlebih lagi, masjid Al Aqsho pernah menjadi kiblat kaum muslimin,” tegasnya siang ini.

HTI juga menghimbau kepada pemerintah agar mengirimkan tentaranya untuk membantu rakyat Palestina. “Kejahatan Israel bukan hanya dipandang dari sisi agamanya saja, akan tetapi dari sudut pandang kemanusiaan, apa yang dilakukan Israel tidaklah berperi kemanusiaan,” tandasnya.

Orasi diakhiri dengan sambutan takbir yang menunjukan kekecewaan terhadap perlakuan Israel terhadap rakyat Palestina. Setelah melakukan orasi di Bundaran SIB, massa kembali berjalan menuju lapangan merdeka guna membubarkan diri. Massa HTI tiba kembali di lapangan Merdeka dan membubarkan diri dengan tertib.

  • Zionis-Israel Ngotot Hancurkan Masjid Al-Aqsha

Selasa, 6 Februari 2007, Zionis-Israel telah secara terang-terangan memulai proyek penghancuran Masjidil Aqsha yang merupakan masjid tersuci ketiga bagi umat Islam sedunia.

Jika sebelumnya kaum Zionis ini melakukan hal tersebut secara diam-diam, bahkan menyangkalnya dengan berbagai dalih, namun di hari kedua bulan Februari ini mereka telah menyatakan secara terbuka bahwa mereka memang berniat menghancurkan masjid yang pernah menjadi kiblat pertama bagi kaum Muslimin.

Upaya Zionis-Israel untuk menghancurkan Masjidil Aqsha sudah lama diketahui dunia. Keinginan mereka untuk membangun kembali Haikal Sulaiman (The Solomon Temple), di atas reruntuhan Masjidil Aqsha juga telah menjadi rahasia umum. Hanya saja, apa dasar ideologi dan maksud-maksud tersembunyi di balik penghancuran Masjidil Aqsha dan pendirian Haikal Sulaiman tersebut, hal ini masih menjadi pertanyaan besar.

Klaim Sepihak

Haikal Sulaiman diyakini dibangun tahun 960 SM oleh Nabi Sulaiman a.s, 370 tahun kemudian bangsa Babylonia menginvasi Yerusalem dan menghancurkan kuil tersebut.

Setelah itu, tentara Persia yang dipimpin Cyrus merebut Yerusalem dari tangan Babylonia dan membangun kembali Haikal Sulaiman. Tahun 70 M, pasukan Romawi menyerang Yerusalem dan menghancurkan kembali Haikal Sulaiman rata dengan tanah.


Abad demi abad terus berjalan, namun cita-cita kaum Zionis-Yahudi untuk membangun kembali Haikal Sulaiman terus terpelihara dengan baik di dalam memori bangsanya.

Ketika gerakan Zionisme Internasional menyelenggarakan kongresnya yang pertama di Bassel, Swiss, tahun 1897, memori ini menemukan momentumnya dan Theodore Hertzl menyerukan agar semua Yahudi Diaspora berbondong-bondong memenuhi Tanah Palestina yang disebutnya sebagai Tanah Perjanjian.

Atas klaim sepihak, kaum Zionis ini mengatakan bahwa di bawah tanah Masjidil Aqsha inilah Haikal Sulaiman berdiri. Sebab itu, mereka mengatakan tidak ada pilihan lain kecuali menghancurkan Masjidil Aqsha dan kemudian membangun kembali Haikal Sulaiman di atasnya.

Bagi kaum Zionis, Haikal Sulaiman merupakan pusat dari dunia. Bukan Makkah, bukan pula Vatikan. Haikal Sulaiman-lah pusat seluruh kepercayaan dan pemerintahan segala bangsa. Keyakinan ini bukanlah berangkat tanpa landasan.

Dalam keyakinan Yudaisme yang sesungguhnya telah bergeser jauh dari Taurat yang dibawa oleh Musa a. S., bangsa Yahudi meyakini bahwa di suatu hari nanti seorang Messiah (The Christ) akan mengangkat derajat dan kedudukan bangsa Yahudi menjadi pemimpin dunia.

Kehadiran Mesiah inilah yang menjadi inti dari semangat kaum Yahudi untuk memenuhi Tanah Palestina. Namun hal ini menjadi perdebatan utama di kalangan Yahudi yang pro-Zionis dengan yang anti-Zionis.

Bagi yang pro-Zionisme, mereka menganggap Kuil Sulaiman harus sudah berdiri untuk menyambut kedatangan Messiah yang akan bertahta di atas singgasananya. Sedangkan bagi kaum Yahudi yang menolak Zionisme, bagi mereka, Messiah sendirilah yang akan datang dan memimpin pembangunan kembali Haikal Sulaiman yang pada akhirnya diperuntukkan bagi pusat pemerintahan dunia (One World Order).

Mengenai benar tidaknya lokasi bekas reruntuhan Kuil Sulaiman tepat berada di bawah Masjidil Aqsha, para sejarawan masih berbeda pendapat. Beberapa peneliti bahkan meyakini bahwa wilayah bekas berdirinya Kuil Sulaiman tersebut sesungguhnya berasa di luar kompleks Masjidil Aqsha sekarang ini.

Sejak menjajah Yerusalem di tahun 1967, kaum Zionis selalu berupaya merusak Masjidil Aqsha. Tahun 1969 sekelompok Yahudi fanatik berupaya membakar Masjid ini. Mereka juga terus melakukan penggalian di bawah tanah Masjidil Aqsha dengan alasan tengah melakukan riset arkeologis.

Belum cukup dengan itu, di dalam terowongan-terowongan yang digali, mereka juga mengalirkan air dalam jumlah besar dengan tujuan menggoyahkan kekuatan tanah di bawah masjid agar pondasi masjid menjadi rapuh. Akibatnya sekarang ini banyak pondasi masjid yang sudah rapuh dan jika ada gempa bumi sedikit saja maka bukan mustahil Masjidil Aqsha bisa runtuh.

Sekarang, tentara Zionis sudah secara terang-terangan hendak menghancurkan Masjidil Aqsha. Mereka tidak lagi mengeluarkan dalih macam-macam. Apakah ini merupakan tanda bahwa mereka sudah yakin bahwa sebentar lagi Messiah yang dinanti-nantikan akan segera hadir?2. Hari Akhir

Menyongsong berdirinya Kuil Sulaiman, ‘Presiden’ Zionis-Israel Moshe Katsav melayangkan sepucuk surat kepada Perdana Menteri Vatikan yang berisi permintaan agar Tahta Suci Vatikan mengembalikan seluruh harta karun dan benda-benda berharga yang kini memenuhi kompleks Tahta Suci kepada mereka.

Kaum Zionis masih ingat betul, ketika di tahun 70M, pasukan Romawi menyerbu Yerusalem dan memboyong banyak harta karun dari Kuil Sulaiman dan membawanya ke Vatikan.

Jika harta karun sudah dikembalikan, maka ada satu syarat lagi menjelang hadirnya Messiah, yakni mereka harus menemukan dan menyembelih serta membakar seekor sapi betina berbulu merah berusia tiga tahun dan belum pernah melahirkan anak. Untuk yang satu ini pun kaum Zionis telah mempersiapkannya. Melalui suatu proses rekayasa genetika, di tahun 1997, mereka telah mendapatkan seekor sapi dengan ciri-ciri tersebut.

Hanya saja, mereka terbentur satu persyaratan lagi, yakni penyembelihan dan pembakaran sapi merah ini harus dilakukan di atas kaki Bukit Zaitun.

Masalahnya, daerah ini sekarang belum bisa dijajah Zionis-Israel seperti wilayah Palestina lainnya. Kaki Bukit Zaitun masih berada di tangan yang berhak, yakni di tangan bangsa Palestina. Sebab itu, kaum Zionis selalu berupaya tanpa lelah mengusir orang-orang Palestina dari wilayah ini.

Memperdaya Pemeluk Kristen

Guna mencapai tujuannya, kaum Zionis tidak berusaha sendirian. Mereka juga memperdaya musuh-musuhnya yakni umat Kristen dan kaum Muslimin. Untuk memperdaya umat Kristiani, kaum Zionis menyusupkan nilai-nilai Talmud ke dalam Bibel seperti yang terjadi atas Injil Scofield atau Injil Darby.

Bahkan Injil versi King James sebagai Injil resmi Barat pun demikian. Sebab itu, tidak aneh jika sekarang ini sikap politik umat Kristiani seolah sama sebangun dengan kaum Yahudi. Padahal di dalam banyak ayat-ayat Talmud, kaum Yahudi ini begitu keras permusuhannya terhadap Kristen dan Yesus.

Keyakinan Injil juga menyebutkan tentang hadirnya The Christ kembali ke muka bumi (Maranatha atau The Second Coming) dalam wujud Tuhan seutuhnya. Kaum Yahudi menggiring opininya bahwa Maranatha tidak akan terjadi sebelum Haikal Sulaiman berdiri kembali di Yerusalem.

Kesamaan pandangan inilah yang membuat orang-orang Kristen mendiamkan ulah kaum Zionis yang hendak menghancurkan Masjidil Aqsha. Orang-orang Kristen ini telah terbius dengan retorika dan racun Zionis sehingga tidak bisa bersikap kritis dan mereka lupa bahwa salah satu agenda utama Zionis ini adalah juga meruntuhkan Tahta Suci Vatikan dan memindahkannya ke Yerusalem.

Dari sisi hukum internasional, upaya penghancuran Masjidil Aqsha juga tidak bisa dibenarkan. Berdasarkan Resolusi DK-PBB Nomor 242 dan beberapa resolusi lainnya, rezim Zionis Israel wajib melindungi masjid ini dan menuntut Zionis agar mundur dari seluruh wilayah Tepi Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza, dan menyerahkan wilayah itu kepada penduduk aslinya yang tak lain adalah rakyat Palestina. Namun dalam tataran praktek, resolusi ini tidak dijalankan.

Menurut keyakinan Yahudi, jika Messiah sudah bertahta di atas singgasana Haikal Sulaiman, maka Messiah itu akan memimpin kaum Yahudi untuk memerangi siapa pun yang tidak mau tunduk pada The New World Order, yakni si Yahudi itu sendiri.

  • Syekh Qardhawi: Selamatkan Al-Aqsha

Syekh Qardhawi: Selamatkan Al-Aqsha

ALJAZEERA

Pemimpin persatuan ulama dunia, DR Yusuf Al-Qardhawi, menyampaikan penghormatanya yang sebesar-besarnya kepada umat Islam dan Arab yang merespons seruannya untuk menjadikan hari Jumat lalu sebagai hari solidaritas kemarahan atas serbuan Zionis ke Al-Aqsha dan atas semua penodaanya yang terus menerus kepada masjid tersebut, seperti melarang umat Islam memasukinya, sebagaimana terjadi di Masjid Al-Ibrahimi di Hebron.

Qardhawi mengungkapkan hal ini kepada Al-Jazeera dalam program Syariah dan Kehidupan Ahad (25//10) lalu. Ia menyampaikan kekecewaanya atas sikap ummat yang tidak merespons tuntutan tersebut demi melindungi Al-Aqsha. “Namun saya tahu, respons dari umat cukup baik atas ajakan ini, dimulai dari Jakarta hingga Mauritania," ujar Qardhawi seperti dikutip oleh The Palestinian Information Center.

Qardhawi meminta umat Islam melakukan perannya dan terus mengungkapkan kemarahanya atas sikap Zionis tersebut. Disamping itu, ia meminta bangsa Arab dan Islam untuk menggelar KTT Arab atau KTT Islam untuk menunjukkan peran yang diperlukan dalam menghadapi masalah Al-Quds dan Al-Aqsha.

  • Suriah Kutuk Pelanggaran Israel Terhadap Kompleks Al-Aqsha

Suriah Kutuk Pelanggaran Israel Terhadap Kompleks Al-Aqsha
Pemuda Palestina berusaha memadamkan api yang berkobar dikawasan Masjid Al-Aqso saat terjadi bentrokan antara pemuda Palestian dan polisi Israel di kota tua Jerusalem (25/10).Polisi Israel menembakkan granat kearah pemuda Palestina yang melemparkan batu (ANTARA/REUTERS-Yannis Behrakis)

Damaskus (ANTARA News/Xinhua-OANA) - Suriah, Senin, dengan keras mengutuk pelanggaran nyata Israel terhadap Masjid Al-Aqsha, setelah bentrokan Ahad antara polisi Israel dan pemrotes Arab terhadap kompleks tempas suci ketiga umat Muslim tersebut di Jerusalem.

"Israel sedang merancang untuk me-Yahudi-kan Jerusalem dan menghancurkan Masjid Al-Aqsha, yang merupakan tindakan kriminal terhadap tempat suci umat Muslim dan warisan Arab," kata Kementerian Luar Negeri Suriah dalam satu pernyataan.

Pernyataan tersebut juga mendesak masyarakat internasional "dan mereka yang bersedia mewujudkan perdamaian di Timur Tengah agar mengutuk pelanggaran Israel dan melakukan upaya untuk menghentikan semua itu".

Pada Ahad pagi, polisi Israel dan pemrotes Arab bentrok di kompleks Masjid Al-Aqsha, sehingga menyoroti kondisi yang sudah bergolak di sekitar tempat suci tersebut.

Liga Arab, yang berpusat di Kairo, Mesir, telah memperingatkan mengenai konsekuensi serius akibat pelanggaran Israel menerobos ke Masjid Al-Aqsha.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan Ahad malam, pemimpin Liga Arab Amr Moussa mengutuk tindakan Israel itu, dan menggambarkannya sebagai pelanggaran serius terhadap Masjid Al-Aqsha, serta meminta Israel "menghentikan pelanggaran tersebut segera dan mengakhiri blokade yang diberlakukan atas kompleks masjid Al-Aqsha".

Moussa menyeru Dewan Keamanan PBB agar campur-tangan menghentikan serangan Israel itu terhadap Majis Al-Aqsha dan menetapkan Israel bertangung-jawab atas meningkatnya situasi.

Kerusuhan itu meletus saat polisi Israel meningkatkan langkah pengamanan setelah pemimpin Muslim setempat menyeru negara Arab pada akhir pekan agar mempertahankan kompleks Masjid Al-Aqsha di Kota Tua dari apa yang mereka sebuah penaklukan Yahudi. Beberapa orang cedera dalam peristiwa tersebut.

  • Rangkain Serangan ke Masjid Al-Aqsha
[ 27/10/2009 - 06:01 ]

Al Jazeera Net

16 orang terluka dan lainya ditangkap dalam operasi Zionis pagi ini (28/9), menyusul bentrokan kelompok radikal Yahudi berusaha menyerbu Haram Al-Sharif bertepan dengan hari “pengampunan” mengingatkan kita pada serangkaian serangan terhadap al-Haram Al-Qudsi oleh Israel bersama kelompok ekstremis Yahudi sejak pendudukan tahun 67 hingga hari ini.
Pada tahun 1967, setelah perang di bulan Juni, tentara Israel menduduki Tembok Barat dan menyita bagian dari Waqaf Masjid Al-Aqsa .

Mereka membongkar wilayah Magharibah dan menghancurkan 138 gedung, termasuk didalamnya sekolah favorit dan Al-Jami Buraq serta Masjid Magharibah. Kemudian berlanjut pada serangkaian serangan lainya.

Pada 9 Agustus 1969, seorang rabi di militer Zionis, Shlomo Goren masuk ke Al-Haram Al-Quds memimpin geng Yahudi yang berjumlah sekitar lima puluh orang untuk menunaikan "doa" di dalamnya.

Pada 21 Agustus 1969, orang Yahudi radikal berkewarganegaraan Australia bernama Michael Dennis Rohan membakar Masjid Al Aqsa, yang mengakibatkan kehancuran mimbar Salahuddin yang berusia lebih dari delapan ratus tahun serta langit-langit atapnya juga ikut terbakar.

Pada 2 November 1969 Yigal Alon, Wakil Perdana Menteri Israel dan para pembantunya memasuki Al-Haram Al-Quds.

Pada 11 Juli 1971 kelompok gerakan Betar yang terdiri dari 12 anak muda memasuki Masjid al-Aqsha dan melakukan ritual ibadah didalamnya.

Pada 22 Juli 1971 sekelompok gerakan Betar melakukan doa di Al-Haram Al-Quds.

Pada 14 Januari 1989, beberapa anggota Knesset melakukan tindakan provokatif dengan menggelar bacaan yang suka disebut "rahmat suci" di dalam Al-Aqsha dengan pengawalan ketat kepolisian Israel.

Pada 18 Oktober 1990, ekstremis Yahudi meletakkan batu pertama untuk pembangunan Haikal yang mereka klaim berada di areal Al-Haram Al-Quds. Sementara itu ribuan Palestina bangkit berupaya menghentikannya, hingga terjadinya bentrokan dan masuknya tentara Israel. Mereka menembaki warga yang menyebabkan 21 orang gugur syahid dan 150 lainya luka-luka.

Pada 28 September 2000, mantan perdana menteri Israel yang saat itu pemimpin Partai Likud Ariel Sharon, menyerbu Masjid Al-Aqsha Masjid dikawal puluhan orang bersenjata, hingga memicu meletusnya intifadah Al-Aqsa, yang menewaskan dan melukai ribuan warga Palestina.

Pada 23 Juli 2007, sekitar tiga ratus yahudi menyerbu Al-Aqsha dan melakukan ritual ibadah di dalamnya.
Pada 16 September 2008, kelompok Yahudi ekstremis menyerbu halaman Al-Aqsa Masjid dari Gerbang Magharibah.

Pada 9 Oktober 2008 sejumlah kelompok besar pemukim dan rabi serta politisi Israel dibawah penjagaan katat kepolisian Israel melakukan aksi yahudisasi di wilayah Al-Ahram Syarif.

Pada 9 Februari 2009, ratusan wisatawan dan turis Israel yang mengenakan "pakaian seronok" memasuki Masjid Al-Aqsa.

Pada 11 Maret 2009, sekelompok orang yang terdiri dari tiga puluh ultra kanan Yahudi mengenakan pakaian yang tidak pantas menyerbu halaman Masjid Al-Aqsha untuk menggelar upacara keagamaan.

Pada 14 April 2009, puluhan pemukim Yahudi menyerbu halaman Al-Aqsha untuk melakukan ritual ibadah pada hari Paskah Yahudi.

Pada 24 September 2009, anggota unit "ahli bahan peledak" dalam kawalan kepolisian Israel menyerbu Masjid Al Aqsa dan jalan-jalan di dalamnya.

Pada 27 September 2009, terjadi bentrokan dengan polisi Israel dan kelompok Yahudi di dalam Haram al-Sharif dan di depan gerbangnya yang mengakibatkan 16 warga Palestina cidera dan lainya ditangkap.

Bentrokan itu terjadi setelah polisi Israel menyerbu halaman masjid dari gerbang Magharibah dan menembaki jama’ah shalat dengan peluru dan granat suara. Mereka berupaya membubarkan barisan kaum muslimin yang berjaga-jaga di gerbang Al-Aqsha untuk menghalau serangan kelompok radikal.

0 Komentar:

Posting Komentar

Bila Anda suka dengan entry blog ini, sudilah menuliskan komentar di sini.
Terimakasih.